Sebagai jurnalis, Ira Koesno telah meliput berbagai peristiwa baik, dari yang biasa sampai yang luar biasa. Putri bungsu dari dua bersaudara ini berani terjun langsung meliput peristiwa darurat militer di Aceh.
Kecintaannya kepada dunia tulis-menulis mendorong akuntan lulusan Universitas Indonesia ini menjadi wartawan. Namanya pun melambung karena pembawaannya yang berani dan kritis saat menjadi presenter berita.
Wanita kelahiran Jakarta, 30 November 1969 ini adalah anak dari Koesno Martoatmodjo dan Sri Utami. Ia lebih diikenal dengan panggilan Ira Koesno ketimbang nama panjangnya Dwi Noviratri Martoatmodjo.
Usai lulus kuliah dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Ira Koesno bekerja sebagai akuntan di Auditor KPMG Hanadi Sujandro, sebuah perusahaan akuntan publik, saat umurnya menginjak 25 tahun.
Selang setahun, Ira Koesno akhirnya memilih banting stir. Pada tahun 1996, ia melamar ke SCTV menjadi wartawan. Ia mengaku sangat senang dengan dunia barunya tersebut karena selain suka bidang finansial, Ira pun mengaku suka dunia tulis menulis. Ira beralih profesi sebagai wartawan pada usia 26 tahun.
Sebagai jurnalis, Ira Koesno telah meliput berbagai peristiwa baik, dari yang biasa sampai yang luar biasa. Putri bungsu dari dua bersaudara ini berani terjun langsung meliput peristiwa darurat militer di Aceh.
Ia juga berani dan kritis saat mewawancarai Menteri Negara Lingkungan Hidup, Sarwono Kusumaatmadja pada tahun 1998. Dalam wawancara tersebut muncul istilah "cabut gigi" dari Sarwono yang merujuk permintaan turunnya Presiden Soeharto sebagai penguasa Orde Baru saat itu.
Akibat keberaniannya menampilkan wawancara tersebut, ia dipanggil oleh petinggi SCTV dan diskor beberapa hari untuk tidak melakukan kegiatan jurnalistik karena adanya tekanan dari penguasa Orde Baru.
Kejadian tersebut tidak meluluh lantakan semangatnya. Setelah tumbangnya rezim Orde Baru dan lahirnya Era Reformasi, Ira Koesno makin berani dan kritis kepada nara sumber yang diwawancarainya dengan melontarkan pertanyaan-pertantaan secara lugas, tegas, dan cerdas.
Bahkan kemampuannya tersebut telah membuat Ira didaulat sebagai Asisten Produser Liputan 6 dan Produser Investigasi “SIGI”. Tentu saja, ia tetap sebagai presenter beritanya Liputan 6 SCTV.
Sebagai pembawa acara yang dikenal dengan pertanyaan-pertanyaan sadisnya, Ira Koesno pernah memperoleh penghargaan Panasonic Gobel Awards untuk 3 kategori yaitu Pembawa Berita Wanita Terfavorit (1998 dan 2002) serta Presenter Informasi dan Berita (2003).
Setelah hampir 7 tahun bekerja di SCTV, pada tahun 2003, Ira Koesno memutuskan untuk mundur sejenak dari dunia pertelevisian karena tidak ada tantangan lagi. Ia pun mendirikan bisnis baru, bernama Ira Koesno Production (IKPro). Bisnis ini bergerak dalam bidang jasa strategi komunikasi terpadu. Selang 2 tahun, perusahaan garapan Ira Koesno tersebut berganti nama menjadi Ira Koesno Communications (IKComm).
Di tengah merintis usaha barunya, ia diminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjadi moderator "Debat Presiden 2004". Tawaran itu ia sambut dan ia lakokoni dengan gayanya yang khas, galak saat bertanya kepada calon presiden saat itu.